√ Administrasi Pendidikan Nasional


H.A.R. Tilaar mengemukakan wacana keberhasilan pembangunan pendidikan nasional, “Kalau etape pertama berkenaan dengan banyak sekali sasaran kuantitatif dalam pembangunan, yang kedua berkaitan dengan kepengaturan sistem pendidikan nasional”. Pernyataan tersebut menegaskan kepada kita wacana pentingnya manajemen pendidikan sebagai kepingan dari manajemen pembangunan nasional.

Manajemen pendidikan nasional sangat penting sebab bukan saja pendidikan itu merupakan kebutuhan dasar insan Indonesia, akan tetapi merupakan salah satu dinamisator pembangunan. 

Oleh sebab itu manajemen pendidikan haruslah merupakan subsistem dri sistem manajemen pembangunan nasional. Seperti apa dan bagaimana manajemen pendidikan nasional? Di dalam goresan pena ini penulis mengartkan “manajemen pendidikan” sebagai suatu kegiatan anggota mengimplikasikan adanya perencanaan atau planning pendidikan serta kegiatan implementasinya.

Ditegaskan oleh HAR. Tilaar bahwa pada dekade 90-an ini dunia menyaksikan suatu perubahan besar dalam tata kehidupan insan dengan runtuhnya tatanan kehidupan sosial, politik dan ekonomi yang tidak berakar pada nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki. Kecenderungan itu ialah humanisasi dri proses pembangunan, globalisasi dari problem yang dihadapi umat insan serta proses demokratisasi.

Berbagai kebijakan dan aktivitas yang diuraikan dalam kepingan ini ialah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang keempat, yaitu membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama, dan ketahanan budaya. 


Pada awal era XXI ini, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai jawaban dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut untuk sanggup mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai.

Kedua, untuk mengantisipasi era global dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya insan yang kompeten biar bisa bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan pembiasaan sistem pendidikan nasional sehingga sanggup mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan/keadaan daerah dan penerima didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.

Pada dikala ini pendidikan nasional juga masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang menonjol (1) masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan; (2) masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan; dan (3) masih lemahnya manajemen pendidikan, di samping belum terwujudnya kemandirian dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi di kalangan akademisi.


Ketimpangan pemerataan pendidikan juga terjadi antarwilayah geografis yaitu antara perkotaan dan perdesaan, serta antara tempat timur Indonesia (KTI) dan tempat barat Indonesia (KBI), dan antartingkat pendapatan penduduk ataupun antargender.

Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Hal tersebut tercermin, antara lain, dari hasil studi kemampuan membaca untuk tingkat SD (SD) yang dilaksanakan oleh organisasi International Educational Achievement (IEA) yang memperlihatkan bahwa siswa SD di Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara penerima studi.


Sementara untuk tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), studi untuk kemampuan matematika siswa SLTP di Indonesia hanya berada pada urutan ke-39 dari 42 negara, dan untuk kemampuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hanya berada pada urutan ke-40 dari 42 negara peserta.

Manajemen pendidikan nasional secara keseluruhan masih bersifat sentralistis sehingga kurang mendorong terjadinya demokratisasi dan desentralisasi penyelenggaraan pendidikan.


Manajemen pendidikan yang sentralistis tersebut telah menjadikan kebijakan yang seragam yang tidak sanggup mengakomodasi perbedaan keragaman/kepentingan daerah/sekolah/peserta-didik, mematikan partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan, serta mendorong terjadinya pemborosan dan kebocoran alokasi anggaran pendidikan.

Sementara itu, penyebaran sumber daya insan penelitian dengan banyak sekali macam dan tingkatan belum sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi. Selain itu, masih dirasakan kurangnya budaya berpikir kritis, penghargaan karya cipta (HAKI) yang belum memadai, kurang efektifnya sistem kelembagaan dan perangkat perundang-undangan serta sertifikasi profesi ilmiah.

Secara teoritis menyerupai diungkapkan oleh Tilaar ada beberapa alasan mengenai pendidikan di Indonesia. Pertama, Masyarakat dan bangsa kita dalam ancang-ancang memasuki tahap pembangunan nasional yang penting yaitu pembangunan nasional jangka panjang kedua. 


Untuk itu dibutuhkan pemikiran-pemikiran mengenai kebijakan yang perlu dirumuskan dalam banyak sekali bidang, termasuk bidang pedidikan, yang teramat strategis dan vital. Menurutnya pada tahap pembangaunan nasional jangka pajang kedua akan menitik beratkan pada peningkatan kualitas insan dan masyarakat Indonesia, yang tidak lain akan bertumpu pada pendidikan.

Alasan. Kedua, Tilaar konsen pada pendidikan dikala ini ialah pengamatan dia mengenai perkembangan dunia pendidikan nsional remaja ini yang semakin membutuhkan suatu manajemen atau npengelolaan yang semakin baik. Dikatakan krisis pendidikan yang kita hadapi remaja ini berkisar kepada krisis manajemen.


Menurutnya manajemen pendidikan dirumuskan sebagai mobilisasi segala sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan, maka apa yang kita hadapi ialah banyak sekali kendala yang menghadang pencapaian tujuan tersebut.

Misalnya problem pembiayaan pendidikan, problem tenaga kependidikan khususnya guru SD, dualisme pengelolaan SD, problem penggauran lulusan perguruan tinggi dan menengah. Masalah perguruan swasta, dan sebagai kulminasi dari keseluruhan problem manajemen tersebut di atas ialah rendahnya kulaitas pendidikan kita.

Masalah manajemen pendidikan menyangkut efisiensi dalam pemanfaatan sumber yang ada. Masih lembahnya manajemen pendidikan kita memperlihatkan sisem pdnidikan nasional masih belum efisien.


Hal itu bisa ditunjukkan bahwa pengembangan sistem pendidikan nasional kita bukan hanya memerlukan konsep-konsep manajemen pendidikan yang mantap, tetapi juga mmerlukan pengetahuan dan pengalaman manajemen pendidikan secara sistematis yang dikembangkan dan diterapkan dalam situasi dan kondisi sosial ekonomi negara kita yang beraneka ragam tersebut. Sejalan dengan itu kebutuhan manajer-manajer pendidikan yang profesional sudah merupakan keharusan.
 
 1. Globalisasi, Humanisasi, dan Demokratisasi

“Pada awal dua dasawarsa terakhir era kedua puluh, kita menemukan diri kita berada dalam suatu krisis global yang serius, yaitu suatu krisis kompleks dan multidemensional yang segi-seginya menyentuh setiap aspek kehidupan kesehatan dan mata pencaharian, kualitas lingkungan dan kekerabatan sosial, ekonomi, teknologi, dan politik.

Krisis ini merupakan krisis dalm dimensi-dimensi intelektual, moral dan spriritual, suatu krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam catatan sejarah manusia. Untuk pertama kalinya kita dihadapkan pada bahaya kepunahan ras insan yang konkret dan bentuk kehidupan di palanet ini”. (Fritjof Capra,1981).

Kalimat-kalimat di atas ialah pengalan paragraf dari pendahuluan yang berjudul Krisis dan transformasi, dalam bukunya Fritjof Capra yang berjudul Titik Balik Peradaban. Kalimat-kalimat di atas menggambarkan wacana globalisasi dan krisis multidimensional yang dihadapi oleh umat manusia.


Tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan ini telah dan tengah kita alami bersama. Barangkali tidak perlu kita banyak bertanya bagi orang yang bisa berpikir niscaya akan akan segera tanggap dan eksklusif merasakannya.

Kehidupan insan memang sedang dihadapkan pada tanda-tanda globalisasi, dimana globalisasi ini akan menerjang siapa saja. Kalau Gelombang Tsunami menerjang mereka yang hidup di pantai dan sekitarnya maka globalisasi tidak padang bulu baik di pantai maupun dipegunungan semua akan dibabat habis. Sebetulnya apa sesungguhnya globalisasi ini. Beberapa pengertian globalisasi akan memperlihatkan pemahaman kepada kita, apa sesungguhnya globalisasi ini.


Menurut Engking Suwarman (2005), dalam perkuliahaan ia menjelaskan beberapa definisi globalisasi yaitu “Proses populer diseluruh dunia sarat dengan perubahan yang cepat dan radikal diberbagai aspek kehidupan manusia. Proses meningkatkan tingkatan kesejahteraan masyarakat dari negara berkembang setara dengan yang ada dinegara maju.

Proses membuat ketergantungan negara bekembang dri negara maju”. Dari pengertian-pengertian tersebut selanjutnya sanggup diketahui Faktor-faktor pendorong globalisasi, dampaknya serta tantangan globalisasi menyerupai dijelaskan dalam perkuliahan. Faktor pendorongnya, berdasarkan Engking sanggup digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Faktor pendorong Globalisasi
Bahasan serupa menyerupai diungkapkan oleh Marta Tilaar. “Proses informastisasi yang cepat karerna kemajuaan teknologi semakin membuat horison kehidpan di planet dunia ini semakin meluas dan sekaligus dunia semakin mengerut”. Menurutnya hal ini berarti banyak sekali problem kehidupan insan menjadi problem global atau setidak-tidaknya tidak sanggup dilepaskan dari perangaruh bencana di belahan bumi lain, baik maslah politik, ekonomi, maupun sosial.

Pendidikan bertugas untukmengembangkan kesadaran atas tanggung jawab setiap warga negara terhadap kelanjutan hidupnya, bukan saja terhadap lingkungan masyarakatnya, dan negara, juga terhadap kehidupan manusia. Dalam konstalasi global ini pendidikan berperan sangat dominan. Karena pendidikan ini akan meningkatkan taraf kecerdasan manusia. Hanya insan yang cerdaslah yang bisa menghadapi tantangan globalisasi ini.

Tantangan lain yang mewarnai kehidupan manusai remaja ini ialah kearah dunia yang lebih mementingkan nilai-nilai kemanusiaan, baik dalam usahanya untuk pengaturan kehidupan politik maupun sosial ekonomi. Hancurnya sistem pemerintahan yang mementingkan kekuasaan atau diktatorial merupakan wujud cita-cita insan utnuk menuntuk kehidupan kemerdekaan sejati.


Dalam bidang kesejahteraan contohnya The World Summit for Children di PBB memperlihatkan kepedulian pemerintah terhadap evakuasi generasi muda terutama nasim belum dewasa sebagai generasi penerus abab 21. Usaha yang mementingkan nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan telah melahirkan kembali pendekatan pendidikan yang mementingkan pengembangan kreativitas dalam kepribadian anak. Inilah disebut gerakan humanisasi dalam proses pendidikan.

Gerakan humnaisasi ini meminta reformasi yang fundamental dalam pendidikan dalam metodologi belajr hingga dengan manajemen dan perencanaan pendidikan. Disinyalir masih banyak negara yang belum siap untuk menghadapi perubahan global, hal ini menuntut reformasi pendidikan yang meminta pendekatan gres mengenai makna kehidupan, restrukturisasi pendidikan nasional, pembiasaan peranan pendidikan dalam dunia yang berkembang. Semua pemikiran ini meminta penilaian kembali terhdap tujuan pendidikan, kurikulum, proses pendidikan, serta restrukturisasi manajemen pendidikan.

Humanisasi kehidupan insan berkaitan erat dengan demokratisasi kehidupan manusia. Demokrasi ialah penghormatan kepda nilai-nilai kemanusiaan. Demorasi ini memungkinkan kreativitas insan dalam peningkatan kehidupannya.


Demokratisasi pendidikan mempunyai dampak yang sangat besar dalam proses perencanaan dan manajemen pendidikan. Dalam hal ini menuntut perubahan dari sistem perencanaan dan manajemen pendidikan yang birokratik menjadi sistem perencanaan dan manajemen yang terbuka.

Kenyataanya di Indonesia masih kental dengan sistem manajemen pendidikan yang sentralistik dan birokratik. Di masa globalisasi ini sistem manajemen yang demikian sudah tidak sesuai lagi. Sistem perencanaan dan manajemen pendidikan nasional harus bersifa terbuka dan fleksibel.


Oleh karenanya menuntut perubahan dari yang birokratik yang cenderung kental dengan kekuasaan berkembang menjadi terbuka dan cenderung partisipatoris, artinya perencanaan dan manajemen harus melibatkan semua pihak. Dengan demikian pendidikan akan diubahsuaikan dengan kebutuhan riil insan atau masyarakat.

2. Manajemen sistem pendidikan sebagai kebutuhan masa depan. 
 
Berbicara manajemen sistem pendidikan, maka perhatian kita arahkan pada SISMENAS, yang merupakan suatu perpaduan dari tata nilai, struktur dan proses yang merupakan himpunan usah untuk mencapai kehematan, daya guna dan hasil guna sebesar mungkin dalam memakai sjmber dana dan daya guna nasional dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.


Ada 3 faktor dalam sistem tersebut : yaitu manajemen sebagai faktor upaya, organisasi sebagai faktor sarana, dan manajemen sebagai faktor karsa. Ketiga faktor ini memperlihatkan arah dan perpaduan dalam merumuskan, mengendalikan pelaksanaan, mengawasi serta menilai pelaksanaan kebijakan-kebijakan dalam perjuangan mencapai tujuan nasional. 

Didalam SISMENAS tersusun dalam beberapa setting yang disebut tatanan dalam, yaitu Tata Laksana Pemerintahan (TLP), Tata Administrasi Negara (TAN). SISMENAS sendiri merupakan proses pengambilan keputusan berkewenangan (TPKB), hal ini terjadi pada TAN dan TLP.


TPKB bisa terealisasi dibutuhkan arus masuk yaitu dari Tata Kehidupan Masyarakat (TKM), dan melewati Tata Politi Nasional (TPN). SISMENAS secara fungsional mempunyai fungsi: yaitu pembuatan aturan, penerapan hukum dan penghakiman aturan. Selanjutnya unsur-unsur sistem dalam manajemen pendidikan nasional itu akan menjadi aliran pelaksanaan sistem pendidikan nasional kita. 

Memperhatikan begitu pentingnya manajemen sistem pendidikan dalam pelaksanaan pendidikan nasional serta memperlihatkan perhatian aspek kehidupan insan ini merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan insan itu. Oleh sebab itu sanggup dikatakan bahwa manajemen sistem pendidikan merupakan satu kebutuhan bagi insan di masa mendatang. 

Salah satu tuntutan pembangunan nasional ialah tersedianya tenaga-tenaga yagn cakap dan terampil dalam jumlah yang memadai, maka SISDIKNAS tidak dapt melepaskan diri dari kebutuhan masyarakat terhadap tenaga-tenaga tersebut. Selanjutnya untuk memenuhi tuntutuan tersebut upaya-upaya yang dilakukan antara lain melalui pementingan pada konsep-konsep sebagai berikut : 

1. Konsep pendidikan berkelanjutan
Ketentuan pemerintah mengenai jalur penyelenggaraan pendidikan yaitu jalur pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Dua jalur tersebut dalam pelaksanaanya mempunyai karakteristik yang berbeda. Pendidikan berkelajutan ini termasuk dalam jalur pendidikan luar sekolah, jalur pendidikan berkelanjutan tidak terbatas pada usia dan ruang sekolah secara formal. Pendidikan berkelanjutan ialah konsep pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat, termasuk dalam konsep ini ialah bentuk training yang mempunyai ciri sebagai berikut :
a. Pelatihan mengasumsikan adanya dasar pendidikan formal. Pelatihan mempunyai konotasi keterampilan tertentu.
b. Modalitas pendidikan dan training berbeda.
c. Dimensi pengembangan sikap berbeda. 

2. Pendidikan dan Pelatihan
Tinjauan teoritik di atas memperlihatkan bahwa pembedaan antara pendidikan (formal) dan training ialah artifisial. Keduanya saling mengisi dalam rangka pengembangan insan Indonesia seutuhnya sebagai pelaksana pembangunan. 

Memperhatikan uraian di atas maka sanggup disimpulkan bahwa manajemen pendidikan sebagai kebutuhan nasional artinya bahwa manajemen pendidikan harus memperhatikan kebutuhan insan dalam konstalasi pembangunan nasional, dimana ditemukan konsep pendidikan berkelanjutan, yaitu konsep pendidikan yang tidak mengenal batas usia dan ruang secara formal, dan merupakan konsep pendidikan sepanjang hayat.

3. Perencanaan Manajemen Pendidikan Nasional 

Perencanaan Pendidikan Nasional pada hakekatnya ialah kepingan dari SISMENAS, Rencana manajemen pendidikan nasional merupakan subsistem dari SISMENAS. RENMENDIKNAS sebagi sub sistem SISMENAS pelaksanaannya sanggup dikemukakan dalam fungsi-fungsi sebagai berikut: 


1. TKM sebagai arus masukan SISDIKNAS. 

Tata kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya dipengaruhi oleh arus globalisasi. Pengaruh-pengaruh tersebut harus disaring biar sanggup memperlihatkan dampak positif dalam pembinaan SISDIkNAS. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam membendung imbas tersebut, pertama dari perlu dibina ketahan sistem itu sendiri, kedua ketahanan yang dimaksud ialah adalah ketahanan nasional yang berpijak pada kebudayaan nasional dan tujuan nasional. 

2. Fungsi-fungsi TKPB untuk mewujudkan kepentingan rakyat melalui SISDIKNAS. 


Fungsi ini dipergunakan untukmewujudkan kepentingan masyarakat, dalam hal ii kepentingan rakyat untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas. TKPB sendiri mempunyai fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian pelaksanaan, dan penilaian pelaksanaan. 

3. Administrasi SISDIKNAS 


Administrasi sebagai sebagai faktor karsa dri SISMENAS mencakup dua hal :
a. pengaturan partisipasi perorangan dan kelompok
b. pengaturan kekuasaan dan kewenangan. 

4. Manajemen SISDIKNAS 


Manajemen Sisdiknas merupakan suatu proses sosial yang direkayasa untuk mencapai tujuan sisdiknas secara efisien, dan efektif dengan mengikutsertakan kerjasama, serta partisipasi seluruh masyarakat. Ada tiga hal yang penting yaitu : 


a. manajemen SISDIKNAS sebagai sutu proses sosial.
b. Rekayasa utnuk mencapai tujuan SISDIKNAS
c. Pengikutsertaan (partisipasi) masyarakat. 

Sebagi proses sosial, manajemen SISDIKNAS tidak terlepas dari SISMENAS yang pada hakekatnya mengemban kepentingan nasional atau kepentingan rakyat. 

5. Organisasi SISDIKNAS.


Suatu organisasi yang efektif akan mendukung proses manajemen SISDIKNAS dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Organisasi yang efektif akan membantu perencanaan, pengambilan keputusan berkelanjutan, pelaksanaan pengawasan.

Belum ada Komentar untuk "√ Administrasi Pendidikan Nasional"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel