√ Apakah Terlalu Banyak Pekerjaan Rumah (Pr) Jelek Untuk Siswa?
Siswa di sekolah biasanya berguru 4-6 jam/hari. Mereka berguru sekitar 3-4 mata pelajaran di setiap kelas. Setiap guru mata pelajaran di kelas biasanya akan memperlihatkan kiprah berupa pekerjaan rumah (PR) sekitar 5-10 soal setiap simpulan pembelajaran di kelas. Setiap hari siswa harus menuntaskan pekerjaan rumah yang ditugaskan oleh setidaknya 3 guru minimum/hari. Biasanya pekerjaan rumah (PR) yang akan dikerjakan oleh siswa biasa pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Kesenian, dll tergantung mata pelajaran yang ada di sekolah mereka.
Tentu saja hal ini berdampak jelek bagi siswa, sehingga siswa mempunyai sifat-sifat negatif menyerupai malas, bosan, dll. Siswa dibentuk untuk menulis pelajaran yang sama beberapa kali dengan niat mereka akan memahami pelajaran atau dengan kata lain “pelajaran meresap ke hati siswa”. Ini merupakan konsep jelek yang banyak di terapkan oleh beberapa guru. Saya juga terkadang menemui guru matematika yang menugaskan siswa untuk menuntaskan minimal sepuluh soal jumlah per hari.
Lebih jelek lagi, siswa dieksekusi jikalau mereka tidak sanggup menuntaskan pekerjaan rumah (PR) mereka. Hukuman yang diberikan terkadang tidak masuk nalar dan tidak sesuai dengan metode pembelajaran yang baik untuk siswa. Jika isu wacana PR yang tidak lengkap hingga ke orang tua, dampaknya siswa juga akan di aturan oleh orang bau tanah di rumah. Pemberian sanksi memang bukan sesuatu yang salah, alasannya memperlihatkan sanksi merupakan salah satu cara dalam mendidik siswa, asalkan sanksi yang diberikan sesuai dan cocok dalam mendidik siswa menjadi jera dan lebih baik lagi di masa depan.
Saya telah menemukan satu insiden di mana seorang siswa dalam mempelajari bahasa inggris di daerah saya mengajar. Karena latar belakang bahasa utama yang berbeda, siswa merasa sulit untuk mengatasi apa pun dalam bahasa Inggris. Dampaknya, gurunya akan menciptakan menulis setiap pelajaran setidaknya tiga kali. Bayangkan menulis setiap pelajaran dari setiap subjek sebanyak tiga kali. Selain itu, guru bimbingannya juga akan memperlihatkan pekerjaan rumah (PR). Sungguh murung melihat perjuangannya dan menulis begitu banyak tanpa memahami apa yang sedang ditulisnya. Jari-jarinya akan membengkak, dan pikiran-tubuhnya akan habis pada simpulan hari. Skema pekerjaan rumah ini yaitu buang-buang waktu baginya.
Namun, ketika muncul pertanyaan wacana jumlah pekerjaan rumah (PR) yang ditugaskan oleh seorang guru, kami tidak sanggup memperlihatkan balasan yang pasti. Sebelumnya, sekolah akan mengikuti metode pengajaran usang menyerupai ceramah yang dikenal guru. Satu-satunya tanggung jawab guru yaitu tiba ke kelas, bicara bicara dan pergi ketika bel berbunyi. Guru akan memperlihatkan banyak pekerjaan rumah kepada siswa itu. Jika siswa gagal menuntaskan pekerjaan rumah yang diberikan, beliau akan dieksekusi baik secara mulut maupun fisik.
Tentu saja hal ini berdampak jelek bagi siswa, sehingga siswa mempunyai sifat-sifat negatif menyerupai malas, bosan, dll. Siswa dibentuk untuk menulis pelajaran yang sama beberapa kali dengan niat mereka akan memahami pelajaran atau dengan kata lain “pelajaran meresap ke hati siswa”. Ini merupakan konsep jelek yang banyak di terapkan oleh beberapa guru. Saya juga terkadang menemui guru matematika yang menugaskan siswa untuk menuntaskan minimal sepuluh soal jumlah per hari.
Lebih jelek lagi, siswa dieksekusi jikalau mereka tidak sanggup menuntaskan pekerjaan rumah (PR) mereka. Hukuman yang diberikan terkadang tidak masuk nalar dan tidak sesuai dengan metode pembelajaran yang baik untuk siswa. Jika isu wacana PR yang tidak lengkap hingga ke orang tua, dampaknya siswa juga akan di aturan oleh orang bau tanah di rumah. Pemberian sanksi memang bukan sesuatu yang salah, alasannya memperlihatkan sanksi merupakan salah satu cara dalam mendidik siswa, asalkan sanksi yang diberikan sesuai dan cocok dalam mendidik siswa menjadi jera dan lebih baik lagi di masa depan.
Saya telah menemukan satu insiden di mana seorang siswa dalam mempelajari bahasa inggris di daerah saya mengajar. Karena latar belakang bahasa utama yang berbeda, siswa merasa sulit untuk mengatasi apa pun dalam bahasa Inggris. Dampaknya, gurunya akan menciptakan menulis setiap pelajaran setidaknya tiga kali. Bayangkan menulis setiap pelajaran dari setiap subjek sebanyak tiga kali. Selain itu, guru bimbingannya juga akan memperlihatkan pekerjaan rumah (PR). Sungguh murung melihat perjuangannya dan menulis begitu banyak tanpa memahami apa yang sedang ditulisnya. Jari-jarinya akan membengkak, dan pikiran-tubuhnya akan habis pada simpulan hari. Skema pekerjaan rumah ini yaitu buang-buang waktu baginya.
Alasan apakah terlalu banyak PR jelek untuk siswa:
1) Kurangnya pemahaman
2) Kelelahan
3) Kehilangan minat
Mengapa rata-rata siswa selalu menyukai pelajaran olahraga? Karena di pelajaran olahraga lebih mengutamakan praktek dari pada teori, bukan pekerjaan rumah (PR)!. Oleh alasannya itu Anda sebagai guru harus sanggup mengutamakan memakai praktek-praktek untuk menarik minat siswa dalam berguru di kelas.
4) Kesehatan menurun
5) Kinerja tidak maksimal
Berharap untuk berubah?
Dengan banyak sekali kursus training guru dan pengembangan dalam pemahaman psikologi anak, metode-metode yang berpusat pada guru ini ditinggalkan. Guru kini memahami psikologi dan teladan pikir anak. Dalam kursus training guru, individu dilatih untuk mengetahui berapa banyak pekerjaan rumah yang harus ditugaskan.Guru dilatih untuk bekerja sama satu sama lain dan menugaskan pekerjaan rumah dalam teladan siklus. Ada kebijakan pekerjaan rumah di banyak sekolah. Selain itu, jumlah pekerjaan rumah yang ditugaskan juga berbeda dari kelas ke kelas dan tunduk pada subjek. Mata pelajaran menyerupai Matematika yang membutuhkan banyak latihan ditugaskan lebih banyak pekerjaan rumah dibandingkan dengan mata pelajaran menyerupai Sejarah yang membutuhkan paparan literatur dan internet.
Terlepas dari ini, para guru dilatih untuk menjaga pendekatan yang ramah namun tetap ketika mengevaluasi pekerjaan rumah. Si anak harus dibentuk nyaman untuk menanyakan keraguan jikalau seandainya beliau tidak sanggup menuntaskan jumlah yang harus disadari bahwa beliau tidak sanggup menipu guru dengan berbohong. Pastikan anak menuntaskan pekerjaan rumah dan menyerahkannya meskipun agak terlambat.
Guru juga harus memastikan bahwa PR yang mereka tugaskan tidak pernah terlalu sulit bagi siswa untuk melakukannya tanpa bantuan. Gunakan PR yang gampang/mudah dikerjakan siswa untuk menarik minat siswa terhadap topik mata pelajaran. Pastikan bahwa pekerjaan rumah yang Anda tugaskan membantu kreativitas siswa, keterampilan berpikir, dan menjadikannya pembelajar mandiri.
Kesimpulan:
Meskipun para guru dilatih, masih banyak sekolah di seluruh negeri dan dunia di mana teladan usang yang sama diikuti. Pada ketika menyerupai itu, orang bau tanah perlu meluangkan waktu untuk berbicara dengan guru. Selain itu, institut harus secara teratur memperlihatkan training kepada guru untuk memperbarui keterampilan mereka dan tahu cara menetapkan pekerjaan rumah.Dan jangan lupa untuk menekan tombol berlangganan untuk tetap bersama kami untuk buletin dua bulanan kami. Anda juga sanggup mengikuti kami di jalan masuk media umum kami.
Belum ada Komentar untuk "√ Apakah Terlalu Banyak Pekerjaan Rumah (Pr) Jelek Untuk Siswa?"
Posting Komentar