√ 3 Jenis Validitas
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul‑betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebagai contoh, ingin mengukur kemampuan siswa dalam matematika. Kemudian diberikan soal dengan kalimat yang panjang dan yang berbelit‑belit sehingga sukar ditangkap maknanya.
Akhirnya siswa tidak sanggup menjawab, akhir tidak memahami pertanyaannya. Contoh lain, peneliti ingin mengukur kemampuan berbicara, tapi ditanya mengenai tata bahasa atau kesusastraan ibarat puisi atau sajak. Pengukur tersebut tidak sempurna (valid). Validitas tidak berlaku universal lantaran bergantung pada situasi dan tujuan penelitian. Instrumen yang telah valid untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain.
Akhirnya siswa tidak sanggup menjawab, akhir tidak memahami pertanyaannya. Contoh lain, peneliti ingin mengukur kemampuan berbicara, tapi ditanya mengenai tata bahasa atau kesusastraan ibarat puisi atau sajak. Pengukur tersebut tidak sempurna (valid). Validitas tidak berlaku universal lantaran bergantung pada situasi dan tujuan penelitian. Instrumen yang telah valid untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain.
Contoh variabel prestasi mencar ilmu dan motivasi bisa diukur oleh tes ataupun oleh kuesioner. Caranya juga bisa berbeda, tes bisa dilaksanakan secara tertulis atau bisa secara lisan. Ada tiga jenis validitas yang sering dipakai dalam penyusunan instrumen, yakni validitas isi, validitas berdiri pengertian dan validitas ramalan.
(a) Jenis Pertama: Validitas isi
Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan instrumen mengukur isi yang harus diukur. Artinya, alat ukur tersebut bisa mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Misalnya tes hasil mencar ilmu bidang studi IPS, harus bisa mengungkap isi bidang studi tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyusun tes yang bersumber dari kurikulum bidang studi yang hendak diukur. Di samping kurikulum sanggup juga diperkaya dengan melihat/mengkaji buku sumber. Sungguh pun demikian tes hasil mencar ilmu mustahil sanggup mengungkap semua bahan yang ada dalam bidang studi tertentu sekalipun hanya untuk satu semester.
Oleh lantaran itu harus diambil sebagian dari bahan dalam bentuk sampel tes. Sebagai sampel maka harus sanggup mencerminkan bahan yang terkandung dari seluruh bahan bidang studi. Cara Yang ditempuh dalam menetapkan sampel tes yaitu menentukan konsep‑konsep yang esensial dari bahan yang di dalamnya. Misalnya menetapkan sejumlah konsep dari setiap pokok bahasan yang ada. Dari setiap konsep dikembangkan beberapa pertanyaan tes (lihat bagan). Di sinilah pentingnya peranan kisi‑kisi sebagai alat untuk memenuhi validitas isi.
Dalam hal tertentu tes yang telah disusun sesuai dengan kurikulum (materi dan tujuannya) biar memenuhi validitas isi, peneliti atau pemakai tes sanggup meminta derma mahir bidang studi untuk menelaah apakah konsep bahan yang diajukan telah memadai atau tidak, sebagai sampel tes. Dengan demikian validitas isi tidak memerlukan uji coba dan analisis statistik atau dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
(b)Jenis Kedua: Validitas berdiri pengertian (Construct validity)
Validitas berdiri atau berdiri pengertian (Construct validity) berkenaan dengan kesanggupan alat ukur mengukur pengertian‑pengertian yang terkandung dalam bahan yang diukurnya. Pengertian‑pengertian yang terkandung dalam konsep kemampuan, minat, sebagai variabel penelitian dalam banyak sekali bidang kajian harus terperinci apa yang hendak diukurnya.
Konsep‑konsep tersebut masih abstrak, memerlukan pembagian terstruktur mengenai yang lebih spesifik, sehingga gampang diukur. Ini berarti setiap konsep harus dikembangkan indikator‑indikatomya. Dengan adanya indikator dari setiap konsep maka berdiri pengertian akan nampak dan memudahkan dalam menetapkan cara pengukuran. Untuk variabel tertentu, dimungkinkan penggunaan alat ukur yang beraneka ragam dengan cara mengukurnya yang berlainan.
Konsep‑konsep tersebut masih abstrak, memerlukan pembagian terstruktur mengenai yang lebih spesifik, sehingga gampang diukur. Ini berarti setiap konsep harus dikembangkan indikator‑indikatomya. Dengan adanya indikator dari setiap konsep maka berdiri pengertian akan nampak dan memudahkan dalam menetapkan cara pengukuran. Untuk variabel tertentu, dimungkinkan penggunaan alat ukur yang beraneka ragam dengan cara mengukurnya yang berlainan.
Menetapkan indikator suatu konsep sanggup dilakukan dalam dua cara, yakni (a) memakai pemahaman atau logika berpikir atas dasar teori pengetahuan ilmiah dan (b) memakai pengalaman empiris, yakni apa yang terjadi dalam kehidupan nyata.
Contoh: Konsep mengenai “Hubungan Sosial”, dilihat dari pengalaman, indikatornya empiris yaitu keterkaitan dari
- bisa bergaul dengan orang lain
- disenangi atau banyak teman‑temannya
- menerima pendapat orang lain
- tidak memaksakan pendapatnya
- bisa bekerja sama dengan siapa pun dan lain‑lain.
Mengukur indikator‑indikator tersebut, berarti mengukur berdiri pengertian yang terdapat dalam konsep hubungan sosial. Contoh lain: Konsep sikap sanggup dilihat dari indikatornya secara teoretik (deduksi teori) antara lain keterkaitan dari
- kesediaan mendapatkan stimulus objek sikap
- kemauan mereaksi stimulus objek sikap
- menilai stimulus objek sikap
- menyusun/mengorganisasi objek sikap
- internalisasi nilai yang ada dalam objek sikap.
Apabila hasil tes mengatakan indikator‑indikator tes yang tidak bekerjasama secara positif satu sama lain, berarti ukuran tersebut tidak mempunyai validitas berdiri pengertian. Atas dasar itu indikatornya perlu ditinjau atau diperbaiki kembali. Cara lain untuk menetapkan validitas berdiri pengertian suatu alat ukur yaitu menghubungkan (korelasi) antara alat ukur yang dibentuk dengan alat ukur yang sudah baku/standardized, seandainya telah ada yang baku. Bila menunjukkan koefisien hubungan yang tinggi maka alat ukur tersebut memenuhi validitasnya.
(c) Jenis Ketiga: Validitas ramalan (predictive validity)
Validitas ramalan artinya dikaitkan dengan kriteria tertentu. Dalam validitas ini yang diutamakan bukan isi tes tapi kriterianya, apakah alat ukur tersebut sanggup dipakai untuk meramalkan suatu ciri atau sikap tertentu atau kriteria tertentu yang diinginkan.
Misalnya alat ukur motivasi belajar, apakah sanggup dipakai untuk meramal prestasi mencar ilmu yang dicapai. Artinya terdapat hubungan yang positif antara motivasi dengan prestasi. Dengan kata lain dalam validitas ini mengandung ciri adanya relevansi dan keajegan atau ketetapan (reliability). Motivasi sanggup dipakai meramal prestasi kalau skor‑skor yang diperoleh dari ukuran motivasi berkorelasi positif dengan skor prestasi.
Misalnya alat ukur motivasi belajar, apakah sanggup dipakai untuk meramal prestasi mencar ilmu yang dicapai. Artinya terdapat hubungan yang positif antara motivasi dengan prestasi. Dengan kata lain dalam validitas ini mengandung ciri adanya relevansi dan keajegan atau ketetapan (reliability). Motivasi sanggup dipakai meramal prestasi kalau skor‑skor yang diperoleh dari ukuran motivasi berkorelasi positif dengan skor prestasi.
Validitas ramalan ini mengandung dua makna. Pertama validitas jangka pendek dan kedua jangka panjang. Validitas jangka pendek, artinya daya ramal alat ukur tersebut hanya untuk masa yang tidak lama. Artinya, skor tersebut berkorelasi pada waktu yang sama.
Misalnya, ketetapan (reliability) terjadi pada semester dua artinya daya ramal berlaku pada semester dua, dan belum tentu terjadi pada semester berikutnya. Sedangkan validitas jangka panjang mengandung makna skor tersebut akan berkorelasi juga di lalu hari.
Misalnya, ketetapan (reliability) terjadi pada semester dua artinya daya ramal berlaku pada semester dua, dan belum tentu terjadi pada semester berikutnya. Sedangkan validitas jangka panjang mengandung makna skor tersebut akan berkorelasi juga di lalu hari.
Mengingat validitas ini lebih menekankan pada adanya korelasi, maka faktor yang berkenaan dongan persyaratan terjadinya hubungan harus dipenuhi. Faktor tersebut antara lain hubungan dari konsep dan variabel sanggup dijelaskan menurut pengetahuan ilmiah, minimal masuk pikiran sehat dan tidak mengada‑ada. Faktor lain yaitu skor yang dikorelasikan memenuhi linieritas.
Ketiga validitas yang dijelaskan di atas idealnya sanggup dipakai dalam menyusun instrumen penelitian, minimal dua validitas, yakni validitas isi dan validitas bangun pengertian. Validitas isi dan berdiri pengertian mutlak diperlukan dan bisa diupayakan tanpa melaksanakan pengujian secara statistika.
Ketiga validitas yang dijelaskan di atas idealnya sanggup dipakai dalam menyusun instrumen penelitian, minimal dua validitas, yakni validitas isi dan validitas bangun pengertian. Validitas isi dan berdiri pengertian mutlak diperlukan dan bisa diupayakan tanpa melaksanakan pengujian secara statistika.
Belum ada Komentar untuk "√ 3 Jenis Validitas"
Posting Komentar